Laman National Geographic Indonesia, menulis bahwa peneliti menemukan sebuah gen bernama PDE10A di suku Bajau. Tak hanya manusia yang memiliki gen tersebut, tapi juga seekor tikus. Gen tersebut bagi seekor tikus, diduga berfungsi untuk mengontrol hormon tiroid tertentu. Dan hormon tiroid itu, terkait dengan ukuran limpa tikus. Mungkinkah gen PDE10A tersebut ada pada semua orang Suku Bajau? Dimana ukuran limpa orang-orang Suku Bajau lebih besar? Masih terus diteliti. Namun yang jelas, dengan kondisi fisik seperti itu, orang-orang Suku Bajau tersebut memang ditakdirkan hidup di laut.

Dengan anugerah yang diberikan Tuhan, yakni ukuran limpa yang lebih besar dari manusia pada umumnya, orang-orang Suku Bajau menjadi satu-satunya manusia yang ahli menyelam di muka bumi. Kenapa limpa mereka bisa berukuran lebih besar dari manusia pada umumnya? 

Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, Adriani Sunuddin, mengutip salah satu dari sekian bahan ajarnya mengatakan bahwa memang Suku Bajau unik secara genetik. Di muka bumi ini, ternyata ada manusia yang mampu menyelam hingga ke kedalaman 70 meter tanpa menggunakan peralatan selam. 


Foto : ICR.org | 99.co


Padahal yang terbayangkan bagi orang awam adalah ketika berusaha menembus kedalaman hingga 3 meter saja, cukup berat. Dan Suku Bajau menjelajah kedalaman perairan bukan lagi di ukuran satuan meter, melainkan puluhan meter dan tanpa dilengkapi peralatan selam utama yakni tabung oksigen. Kemampuan menahan nafas dalam air yang luar biasa pada Suku Bajau itu telah menggagas banyak ilmuwan di dunia untuk mencari tahu lebih banyak tentang toleransi hikpoksia.

Hipoksia adalah kekurangan oksigen pada tubuh pada manusia, yang bila tidak tertangani dengan baik secara medis, bisa mengakibatkan kematian. Dikutip dari jurnal ilmial CellPress, para peneliti diantaranya Melissa A Ilardo, Suhartini Salingkat, dan timnya, menemukan bahwa studi tentang toleransi hipoksia (sejauh mana tubuh manusia mampu menerima kondisi hipoksia), sudah dilakukan di Tibet terhadap mereka yang tinggal di dataran tinggi. Dataran tinggi adalah tempat yang rendah oksigen. Dari penelitian itu didapat wawasan baru tentang penanganan hipoksia secara medis.  

Namun ternyata ada yang lebih menarik dari masyarakat dataran tinggi. Ada orang-orang yang selama ribuan tahun hidup lebih ekstrim daripada orang-orang di dataran rendah pada umumnya. Mereka terbiasa hidup di dalam tekanan air hingga puluhan meter. Siapakah mereka? Orang Bajo atau Suku Bajau. Mereka hidup berpindah-pindah lokasi di kawasan pesisir di sepanjang perairan Asia Tenggara selama lebih dari 1.000 tahun. 

Ketergantungan mereka adalah terhadap sumber daya laut. Ya, mereka memakan makanan yang ada di dalam laut. Belakangan ini mereka berhadapan dengan eksploitasi laut yang tinggi. Eksploitasi laut yang tinggi belakangan ini, karena tingginya kemajuan teknologi penangkapan ikan, memaksa mereka hidup ke darat. Tidak lagi menyelam di laut. 

Sangat disayangkan karena hal tersebut berkaitan dengan kelebihan Suku Bajau secara fisiologi dan genetik. Namun mengenai perubahan cara hidup mereka yang tidak lagi menyelam, akan dibahas lebih lanjut. Kembali pada kemampuan mereka menyelam dan bertahan di dalam air, tentunya Suku Bajau memiliki kemampuan menahan nafas di dalam air jauh lebih lama dari manusia normal.


Mekanisme Limpa

Bila manusia biasa hanya mampu menahan nafas di dalam air (tanpa berkegiatan) maksimal hingga 2 menit atau mungkin lebih beberapa detik saja dan tidak sampai 3 menit, orang-orang Suku Bajau mampu berkegiatan di dalam air hingga 10-13 menit! Melissa dan Suhartini kemudian menjadi tertarik pada Suku Bajau. Itu lantaran kemampuan organ limpa pada orang-orang Bajo. Ukuran limpa mereka bahkan 50% lebih besar dari ukuran orang-orang pada umumnya di dunia ini. Limpa yang berkontraksi, akan memberikan dorongan oksigen untuk darah sehingga darah pun masih dapat pasokan oksigen.

Lebih jauh, para peneliti tersebut menjelaskan, berdasarkan penelitian yang dilakukan Ama di Jepang pada 1990 lalu, (Hurford et al., 1990), kontraksi limpa membantu peningkatan kandungan oksigen. Bila ukuran limpa seorang manusia lebih besar, maka pula kontraksinya bisa lebih lama. Ama menemukan fakta bahwa ketika limpa berkontraksi tunggal, dia akan mengeluarkan 160 mLa pada sel darah merah. 

Hal tersebut mengakibatkan peningkatan hemoglobin sehingga terjadi peningkatan kandungan oksigen hingga 9,6%. Bayangkan bila kontraksinya lebih lama karena ukuran limpanya besar, maka hemoglobin dalam darah akan membantu peningkatan oksigen hingga belasan bahkan puluhan persen.

Kandungan oksigen yang meningkat hingga 9,6% ketika limpa berkontraksi tersebut, terjadi pada orang-orang normal alias orang yang bukan Suku Bajau. Dapat pula dibayangkan berapa peningkatan kandungan oksigen yang ada dalam darah orang Bajo ketika limpa mereka berkontraksi. Limpa seseorang bisa berkontraksi, salah satunya karena tubuh sepenuhnya masuk ke dalam air dan menahan nafas. Akan terjadi penyesuaian-penyesuaian tubuh karena seseorang berupaya bertahan di dalam tekanan air, dan salah satunya, penyesuaian oleh limpa.


Foto Kompas.com dari artikel "Rindu Dendang Suku Bajau di Teluk Tomini"


Ketika sedang menyelam tanpa alat bantu penyelaman, problem utama tubuh ini adalah kekurangan nafas. Sebab, tentunya seorang penyelam harus menahan nafas. Ketika di dalam air, pembuluh darahnya menyempit, dan ada organ lain yang berkontraksi yaitu limpa. Salah satu fungsi limpa adalah mendaur ulang sel darah merah. Karena fungsi organ limpa yang baik inilah, ada orang-orang yang bisa menahan nafas di dalam air dan menyelam.

Limpa, baik pada orang normal maupun Suku Bajau, memiliki kemampuan berkontraksi hingga pada batas tertentu. Ibaratkan saja sepeda motor dua langkah (2 tak) dengan empat langkah (4 tak). Motor 2 tak membutuhkan lebih banyak pasokan bahan bakar untuk melangkah lebih jauh, sedangkan 4 tak lebih hemat konsumsi bahan bakarnya sehingga jarak tempuhnya bisa hingga dua kali lipat dari 2 tak. Tapi konsekuensinya, motor 2 tak akan lebih cepat mengalami engine heat ketimbang 4 tak.

Dari analogi motor 2 tak dan 4 tak tersebut, dapat dijelaskan bahwa limpa orang normal (yang ukurannya lebih kecil) ketika sering berkontraksi, pada suatu waktu organ tersebut akan kelelahan. Ketika lelah, kemampuan kontraksi limpa menurun, maka mereka akan kekurangan oksigen dan akhirnya aktivitas penyelaman tidak bisa lebih lama lagi. Sedangkan limpa orang Bajau, karena ukurannya lebih besar, maka kemampuan berkontraksinya memiliki batas yang lebih tinggi ketimbang orang normal dan akhirnya penyelaman bisa lebih lama dilakukan.

Orang normal paling hanya mampu menahan nafas dalam air dalam hitungan detik, atau mencapai satu menit. Namun untuk orang-orang dari Suku Bajau, kemampuan menahan nafas dalam air tersebut bisa dalam hitungan menit. Bahkan ada yang sampai 10 menit, seperti Aquaman. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa ada mutasi genetik pada orang-orang Suku Bajau sehingga ukuran limpa mereka lebih besar 50% dari orang-orang pada umumnya di dunia ini.

Kesimpulannya, itulah penyebab kenapa manusia Suku Bajau mampu 'hidup' di dalam air dalam waktu belasan menit dibandingkan orang biasa yang hanya mampu hingga 3 menit saja. Namun mengenai kenapa ukuran limpa yang besar pada Suku Bajau tersebut bisa terjadi, hingga kini belum ada penelitiannya. Apakah karena Suku Bajau sering menyelam, sehingga menyebabkan perubahan genetik ukuran limpa mereka secara turun temurun? Ataukah memang karena faktor tempat tinggal mereka yang selalu di kawasan pesisir? Masih belum ada kesimpulannya.

Tapi tahukah? Bahwa ternyata sudah ada pula Suku Bajau yang tidak bisa menyelam. Bukan karena ukuran limpa mereka mengecil, melainkan lantaran meningkatnya industri perikanan yang juga membuat mereka lebih sulit bertahan hidup pada stok makanan yang tersedia di laut. Alhasil, banyak orang-orang Bajau yang memilih meninggalkan lautan. Mereka pun menjadi orang-orang yang tak lagi menyelam, tapi menjadi pengendara motor matic.

Padahal, dari sisi dunia medis sendiri, seperti dikutip dari National Grographic Indonesia, cara hidup mereka menjadi pelajaran dalam dunia kesehatan. Bila hidup mereka tidak lagi di laut dan menyelam, kemungkinan besar tidak akan ada lagi pelajaran yang bisa diambil oleh dunia kesehatan nantinya. Ini masih menjadi topik khusus bagi para peneliti, baik dari sisi sains dan sisi antropologi. Bagaimana mengatasi problema kehidupan Suku Bajau yang terpinggirkan di kemajuan peradaban dunia. Angrybow akan membahas khusus mengenai hal ini. Tunggu tanggal mainnya.