Di Indonesia, ada Dr. dr. Tri Maharani yang sudah memberi tips bagi para korban gigitan ular. Namun bagaimana bila suatu ketika, kita harus berurusan dengan gigitan ular di luar negeri? Mungkin saat bertugas di sana atau sekedar liburan bersama keluarga? Maka di artikel ini akan dibahas tentang beberapa upaya orang-orang luar negeri ketika tergigit ular.
Kemarau sudah mulai menyentuh berbagai belahan bumi. Musim seperti ini menawarkan banyak kesempatan untuk mendaki dan berjalan-jalan di alam bebas. Namun, sebelum memutuskan menjelajahi hutan dan pegunungan, pastikan kita tahu apa yang harus dilakukan jika bertemu salah satu penghuni alam yang paling sulit dipahami ini: ular.
Meskipun kita sering membayangkan ular hidup di iklim tropis, tapi banyak spesies ular dapat ditemukan di berbagai wilayah Eropa, Asia utara, dan Amerika.
Beberapa spesies di Eropa bahkan berbahaya bagi manusia. Misalnya, ular jenis beludak aspis (asp viper) yang menggunakan bisanya untuk membunuh mangsa, termasuk manusia, jika terancam. Namun, viper jenis ini umumnya tidak agresif dan hanya menggigit jika merasa diserang.
Di Perancis, seperti dikutip dari Showbizz Daily, pada 2022 lalu tercatat ada 218 kasus gigitan ular. Mayoritas kasus tersebut terjadi antara April-September, di mana banyak ular di sana sedang tidak hibernasi. Sebenarnya bukan hibernasi, tapi brumasi. Karena aktivitas dan metabolisme mereka melambat secara signifikan, terutama saat suhu lingkungan dingin.
Brumasi membantu mereka menghemat energi selama musim dingin, ketika makanan sulit ditemukan. Meskipun mereka kurang aktif, ular masih bisa keluar dari tempat persembunyian mereka pada hari-hari yang hangat untuk mencari makan atau minum.
Langkah berat
Kasus gigitan ular di luar negeri terjadi lantaran banyak wisatawan alam bebas mengangkat batu besar atau memindahkan kayu di tempat ular mungkin bersembunyi. Hal itu ternyata dirasa mengganggu ular, karena mereka mungkin tidak menyukainya.
Maka banyak para mountaineer dan tour guide di sana menyarankan supaya berjalan dengan langkah berat, sebab ular tidak menyukai getaran tanah.
Bekas gigitan
Bila adrenalin dan rasa semangat berpetualang di alam bebas ternyata membuat tubuh mengabaikan rasa sakit, maka waspada. Sebab rasa bekas gigitan ular berbisa perlahan tapi pasti akan membuat kita tumbang. Jika di anggota badan ada dua bekas tusukan dan dan ada rasa sakit yang hebat, maka kemungkinan besar itu adalah gigitan ular berbisa, dan ular tersebut telah menyuntikkan bisa ke dalam tubuh.
Selanjutnya, tingkat keparahan gejala bergantung pada jumlah dan jenis bisa yang disuntikkan. Gigitan ular berbisa yang ringan, tetap dapat memburuk kondisi bila seseorang memiliki alergi terhadap bisa ular. Sedangkan gigitan yang berat, dalam 30 menit, kadar bisa yang signifikan di dalam tubuh dapat menyebabkan gejala masalah pernapasan, kardiovaskular, atau pencernaan.
Imobilisasi
Bila tergigit ular, sambil menunggu bantuan tim SAR atau penolong medis, janganlah berjalan. Duduklah dan imobilisasi anggota tubuh yang tergigit. Upaya disinfeksi luka juga bisa dilakukan dengan antiseptik atau sabun dan air.
Lepaskan apa pun yang dapat menekan area gigitan (cincin, jam tangan, gelang, sepatu, dan sebagainya) dan jangan dibebat dengan perban, karena hal itu menekan otot dan kelenjar tubuh, yang dapat mempercepat penyebaran racun.
Obat antinyeri bukanlah antibisa. Hanya boleh minum asetaminofen (parasetamol atau tylenol) dan hindari obat antiinflamasi dan aspirin. Sebab itu dapat meningkatkan perdarahan. Hindari juga kopi, soda, atau alkohol, karena dapat mempercepat detak jantung dan mempercepat penyebaran racun di dalam tubuh.

