Banyak perusahaan atau perorangan yang memiliki website atau blog pribadi, memainkan peran SEO (search engine optimizer) namun kurang memperhatikan ZMOT. Apa itu ZMOT? Akan kita ketahui bersama di tulisan ini.

Tapi yang perlu dipahami secara singkat terlebih dulu adalah implikasi era cyber. Sebelum ke pokok pembicaraan, era cyber -yang telah menggenggam segi kehidupan manusia saat ini, telah menciptakan kompetisi model baru, yakni berlomba-lomba exist di puncak popularitas. Tak cuma perusahaan dengan strategi SEO-nya, bahkan hingga perorangan pun ikut ambil bagian. Kompetisi demi kompetisi terjadi, kemudian terjadilah saling tersandung.



Saat ini berbondong-bondong perusahaan ingin nama website atau aplikasi mereka di urutan teratas. Terutama saat orang-orang mencari informasi produk tertentu. Misalnya, saat orang mencari di Google kata "kamera digital" dan bermunculanlah nama-nama di daftar hasil pencarian Google tersebut. Begitu pula saat orang mencari kata "ganteng" dan muncullah nama-nama personal, baik Youtubers, artis, atau siapapun yang ingin dibilang ganteng.

Hal tersebut, salah satunya, berkat ampuhnya strategi Search Engine Optimizer (SEO) yang diterapkan oleh perusahaan atau orang-orang tadi. Mereka pun meng-hire para jawara SEO agar bisa membuat nama mereka berada di puncak lalu lintas informasi dunia maya. Namun mereka lupa akan satu hal yang menjadi dasar dari sebuah branding, yaitu ZMOT.

Banyak yang kurang menyadari bahwa ZMOT atau Zero Moment of Truth ini, sangat penting dalam membentuk framing analisa. ZMOT bila kita cari tahu di Google, akan banyak penjelasannya. Namun dari tulisan ini, ZMOT dalam hal ini, secara ringkasnya adalah informasi termutakhir yang akan muncul akibat sebuah peristiwa atau kenyataan.

Karena banyak yang menggunakan SEO berdasarkan ambisi tanpa menyikapi ZMOT. Suatu saat ketika ada kejadian memalukan yang menyangkut mereka, mereka jadi ikut terjaring oleh SEO itu sendiri.

ZMOT Dunia Maya

Meredam imbas negatif dari sebuah peristiwa, tidaklah mudah. Ambil contoh, ketika ada peristiwa buruk tentang kelalaian -yang terkait pada seseorang atau perusahaan, meski dengan kebijaksanaan demi kebijaksanaan yang dilakukan, upaya membingkai positif karakter seseorang atau perusahaan, masih belum mampu membendung citra negatif.

Misalnya, hari itu terjadi sebuah penipuan di perusahaan, atau penipuan oleh orang tertentu. Saat seseorang menulis di Google sebuah kata "penipuan" dan abrakadabra! Muncullah nama-nama perusahaan atau orang-orang itu tadi di Google.com. Mereka ikut masuk dalam daftar kejadian memalukan tersebut.

Lebih parah lagi, ketika hari itu ada kasus informasi yang diretas terkait perusahaan atau orang, lalu tercium oleh media massa dan diberitakan oleh kantor berita A, lalu diberitakan lagi oleh kantor berita B, C, D, dan seterusnya, maka terjadi viral informasi. Celaka sudah nama baik mereka.

Karena seperti kita ketahui bersama, kita tidak bisa membendung anggapan seseorang tentang kita, apalagi membendung imbas pencitraan akibat sebuah informasi. Itu ibarat air hujan, tidak akan bisa dihentikan.

Istilah ZMOT masuk Indonesia melalui seseorang yang bernama Rudy Ramawy. Pria yang pernah menjadi CEO Google Indonesia itu mengenalkan ZMOT dengan tujuan untuk membantu bidang pemasaran melalui pencitraan.

Rudy mengajarkan bahwa untuk membentuk framing positif di dunia maya, kita harus sering memainkan peran ZMOT. Misalnya dengan menciptakan konten-konten iklan yang langsung menyentuh pada kebutuhan masyarakat, membuat CSR yang bermakna positif, dan memanfaatkan hal-hal positif lainnya di rutinitas kehidupan.

Dengan seringnya melakukan content creation yang positif dan melibatkan diri dalam kegiatan positif serta perbincangan yang positif, maka setidaknya, bisa mencegah tindakan yang tak perlu. Pasti akan ada filtrasi bagi seseorang atau perusahaan saat akan melakukan tindakan ceroboh. Karena mereka telah membentuk framing atas dirinya sendiri lewat peranan ZMOT.

ZMOT Dunia Nyata

Contoh yang baru-baru ini terjadi secara riil adalah yang menimpa Duta Besar Dubes Arab Saudi Osamah Muhammad Al Shuaibi. Dia menjadi buah bibir lantaran tak lain akibat salah ucap di Twitter.com -walaupun sudah dia ralat. Dalam kacamata dunia maya atau cyber, kejadian tersebut adalah akibat lemahnya pengetahuan sang Dubes (juga pihak Banser dan juga kebanyakan orang) tentang ZMOT.

Maka hikmah dari kejadian Banser (Barisan Ansor Serbaguna) dan Dubes Arab ini adalah prediksi dahulu ZMOT sebelum melakukan atau menyatakan sesuatu. Dari pihak Dubes Arab, ucapannya terlontar karena ZMOT yang ada di pikirannya adalah koneksi antara kejadian pembakaran oleh Banser dan nama aksi Bela Tauhid. Bukan tentang silaturahim antarmuslim. Kemudian dia lontarkan di Twitter bahwa aksi Reuni 212 di Monas karena adanya pembakaran bendera tauhid. Meski dia ralat ucapannya, namun ZMOT yang terekam adalah cuitan pertama.

Sedangkan dari pihak Banser, mereka melakukan tindakan spontan yang mengakibatkan reaksi mega besar. Mereka lupa adanya ZMOT tentang kalimat tauhid di kepala umat Islam, sementara maksud semangat mereka adalah membakar bendera HTI. Seandainya mereka sama-sama memprediksi suatu kejadian dengan menggunakan ZMOT, mungkin banyak yang bisa dihindari.