Mematahkan Stigma: Alumni IPB Tak Bisa Kolaborasi

Kisah berawal, ketika salah seorang klien PT. Davai Ismutama Komunikasi bertanya tentang awal mulai Davai Group berdiri. Nama sang klien adalah Dewi Hutabarat, salah seorang tokoh perempuan Indonesia, penggiat pergerakan ekonomi rakyat. 


"Jadi ada Davai Ismutama, ada Davai Pratama, ada Davai Dwitama. Apa arti Davai ini sebenarnya?" tanya Dewi Hutabarat kepada salah seorang founder Davai Group.


Kemudian dijawablah oleh founder dengan cerita yang membuat Dewi tertegun. Setelah menyimak cerita -yang alurnya serasa roller coaster dipaparkan oleh sang founder tersebut, Dewi kemudian menunjukkan animo lebih tinggi lagi, untuk bisa bekerjasama pada project lainnya bersama Davai.

Yang membuat Dewi menunjukkan ketertarikan lebih dalam untuk bekerjasama dengan Davai, bukan lantaran sang founder, Achmad Rivai, pintar merangkai kata-kata. Mustahil Dewi tertarik dengan kalimat demi kalimat yang dilontarkan Rivai tersebut, karena caranya memaparkan bahkan terdengar seperti tidak berima. Jauh dari kesan storytelling.


Terpuruk

Namun, bukti yang terungkap dari cerita tersebut yang membuat Dewi salut. Rivai bahkan tampak memerah mata dan batang hidungnya, ketika cerita perjuangannya membangun Davai sampai pada tahap dimana uang di buku tabungannya hanya berisi berapa ratus ribu rupiah. Sementara anak kedua dan ketiganya masih balita dan memerlukan asupan makanan bergizi tinggi.


Kondisi diperparah ketika rumah kontrakannya bocor, menitik air hujan ke kasur tempat anak ketiganya sedang disusui istrinya.

 

Hanya harapan kepada Tuhan yang dia bisa gantungkan dari kondisi tersebut, lantaran memang sudah tidak ada lagi ide yang bisa dijalankan untuk keluar dari kondisi terpuruk itu. 


Namun begitulah hidup manusia. Tidak akan ada yang bisa mengubahnya menjadi lebih baik, bila manusia itu sendiri tidak punya rencana dan ide kreatif. Alhasil, Rivai dipertemukan dengan Ahmad Firdaus, yang juga merupakan kawan lama mereka saat kuliah. Ahmad Firdaus kerap disapa Daus, saat itu telah keluar dari zona pekerja. Dia saat itu mencoba merintis usaha.


Tim Davai Group saat ini



Sedangkan Rivai, mengalami kondisi terpuruk setelah keluar dari tempat kerjanya di salah satu bank pada tahun 2015, dengan posisi terakhir kepala cabang. Rivai keluar dari bank karena ingin merintis usaha, sama seperti Daus. Bersama Daus, akhirnya Rivai bisa mengatasi sedikit demi sedikit masalah keuangannya, dari duet usaha yang mereka jalani.


Tertipu

Namun belum selesai masalah, keduanya mengalami masalah dimana rekan usahanya kabur tanpa kabar, dengan membawa pergi uang hasil usaha. Daus dan Rivai kembali mengalami masa terpuruk. Kali ini keduanya terpuruk bareng. Mereka terpaksa harus menjalani usaha dengan utang, untuk menutupi operasional expenditure. 

Dengan beban utang usaha yang cukup berat tersebut, rupanya muncullah semangat tanggung jawab yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya sekedar tanggung jawab kepada anak dan istri masing-masing, namun juga demi para karyawan mereka yang harus digaji. Dari tanggung jawab tersebutlah akhirnya muncul ide-ide segar untuk membuka unit usaha baru.

Sedikit demi sedikit, selama hampir sewindu perjalanan waktu merintis usaha, akhirnya berdirilah Davai Group pada 2023. Kini Davai Group memiliki tiga entitas usaha yakni PT. Davai Karya Pratama, PT. Davai Karya Dwitama, dan PT. Davai Ismutama Komunikasi. Ketiganya telah menghasilkan pendapatan usaha yang telah bisa mempekerjakan angkatan kerja di kawasan Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya.





Davai adalah singkatan dari Daus dan Rivai. Ketiga entitas usahanya pun, dijalankan oleh alumni IPB. Daus dan Rivai adalah alumni FPIK IPB angkatan 36 (masuk 1999) yang memimpin PT. Davai Karya Pratama, kemudian Dwi Nugroho (FPIK '39) memimpin PT. Davai Karya Dwitama yang bergerak di bidang property development, dan Ismoko Wijaya (FPIK '36) yang memimpin PT. Davai Ismutama Komunikasi.

Bahkan PT. Davai Ismutama Komunikasi hingga saat ini 95 persen karyawannya adalah lulusan IPB dari berbagai fakultas. "Kita ingin mematahkan stigma bahwa alumni IPB ketika di dunia kerja, soliter. Tidak bisa berkolaborasi. Kami ingin mematahkan itu," ungkap Daus.

Post a Comment

0 Comments