Yang cukup menarik dari kegiatan puncak Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, adalah kendaraan-kendaraan listrik yang disediakan khusus oleh panitia (committee). Seluruh kendaraan listrik ini boleh digunakan secara cuma-cuma alias tidak perlu bayar. Namun syarat utamanya: tidak boleh dikendarai sendiri (oleh sopir) dan tidak bisa keluar dari area ITDC. Dari mulai bis listrik, mobil elektrik, hingga motor listrik disediakan oleh commitee.
Angrybow secara kebetulan (memang sangat susah mendapat hotel di area ITDC), mendapatkan hotel untuk menginap selama bertugas meliput Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di kawasan bagian dalam ITDC. Sehingga untuk menempuh lokasi tugas, yaitu di Media Center yang lokasinya di Bali International Convention Center (BICC) Westin Hotel, bisa menggunakan kendaraan listrik tersebut. Mereka standby di setiap hotel yang ada di area ITDC, seperti Sofitel, Grand Whizz Hotel, dan lainnya.
Seorang jurnalis yang kebetulan mendapat tempat menginap di Grand Whizz Hotel, maka dia tinggal mendatangi shuttle motor listrik di hotel tersebut dan meminta pengemudinya mengantarkannya ke Media Center. Lalu bagaimana yang tidak mendapat tempat menginap di area ITDC? Jangan kuatir. Seluruh kendaraan listrik tersebut bisa mengantar hingga area terluar ITDC. Misalnya ada jurnalis yang menginap di Santika Hotel, maka dia tinggal datang ke shuttle bis yang ada di Media Center, mencari bis listrik yang menuju area Courtyard Marriott.
Karena area Courtyard Marriott adalah shuttle terluar yang dilewati kendaraan listrik tersebut. Dari Courtyard Marriott barulah dilanjutkan dengan berjalan kaki keluar area ITDC, lalu dari situ tinggal mencari taksi atau memesan kendaraan online. Karena kendaraan non registered yang mencoba masuk ke area ITDC, akan dilarang dan diminta kembali memutarkan kendaraannya keluar area ITDC.
Sekilas seperti sulit sekali berkegiatan di area G20 itu. Tapi patut diketahui bahwa hal tersebut dilakukan sebagai contoh untuk masa depan. Indonesia dan dunia, ke depannya diharapkan bersama-sama menurunkan emisi kegiatan industri, bahkan hingga Net-Zero Emission. Artinya emisi dari kegiatan industri harus ditekan serendah mungkin, dan diganti dengan industri yang ramah dan peduli lingkungan.
Misalnya, Jepang dan Amerika Serikat mendukung Indonesia melalui dana pinjaman lunak yang nilainya tidak main-main, yaitu USD 20 miliar. Dana tersebut harus digunakan untuk melepas industri penambangan batubara, kemudian beralih ke sektor yang lebih ramah lingkungan. Tentunya, semua itu akan mendukung masyarakat yang terdampak emisi industri yang mengeluarkan karbon.