Hari itu masih terlampau pagi. Jam menunjukkan pukul 5.50 WITA, pada Rabu pagi (16 November 2022) dari kamar Hotel Grand Whizz, kawasan ITDC Nusa Dua, Bali. Ya, masih terlalu dini untuk beraktivitas melanjutkan liputan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Teruntuk kami para jurnalis, para Panitia Presidensi G20 telah menyediakan tempat bekerja bareng, bagi para jurnalis dari seluruh dunia. Tempat yang dimaksud adalah Bali International Convention Center (BICC), Westin. Ini storytelling Angrybow di G20.

Namanya gedung convention center, tentunya besar dan luas. Di lantai satu, panitia membuat ruang utama BICC sebagai tempat kerja para jurnalis, agar mereka bisa mengetik berita, mengirim karya fotojurnalistik, dan bahkan melakukan siaran langsung. Sedangkan untuk para video jurnalis, panitia memberi satu ruangan khusus yang terletak di sebelah ruang utama convention center, yaitu ruang AV editing. 

Jangan tanya lagi soal koneksi internet yang ada di BICC. Telkomsel telah melengkapi teknologi 5G bagi para jurnalis, untuk keperluan mereka melakukan siaran langsung secara satelite streaming, live streaming, maupun on location reportage. Sehingga tampak banyak jurnalis dari banyak negara -dengan berbagai bahasa tentunya, melakukan live report di dalam BICC. Suasana memang 'meriah informasi' selama 15-16 November.






Di lantai dua, ada lagi ruang besar yang dipakai sebagai Journalist Lounge. Di sana, para jurnalis bisa bersantai sejenak, ngopi atau sekedar minum sambil duduk-duduk santai, berkenalan dengan sesama awak media dari seluruh dunia. Di area Journalist Lounge juga ada beberapa stand -semacam mini bazaar, yang menyuguhkan beberapa cindera mata dengan harga yang bervariasi, dari yang murah hingga yang jutaan Rupiah. Bahkan juga ada tempat spa di area itu. Pokoknya mereka bikin supaya jurnalis bisa bersantai.

Dari gambaran sekilas, rasanya BICC tampak seperti ramai manusia dari berbagai belahan dunia, yang sedang melakukan tugas jurnalisme. Dan sepertinya, di para jurnalis di BICC dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ada. Namun rupanya, untuk bisa masuk area BICC tak bisa semudah main masuk dengan menunjukkan kartu pers saja. Memang perhelatan KTT G20 Bali ini sangat ketat. 

Untuk masuk area ITDC-nya saja, setiap individu harus menunjukkan pass ID (kartu identitas khusus) kepada petugas keamanan TNI dan polisi. Karena hanya mereka yang telah dinyatakan terakreditasi saja yang bisa mendapatkan pass ID tersebut. Setelah masuk kawasan ITDC dan menuju BICC, Westin, ada lagi prosedur selanjutnya. Seperti diketahui, Media Center BICC saat itu menjadi 'kantor berita' bagi para jurnalis, sehingga untuk memasukinya, ada lagi pass ID. 

Angrybow sendiri memiliki dua buah pass ID selama berada di ITDC, yaitu pass ID untuk masuk kawasan ITDC dan ID badge untuk masuk ke Media Center BICC. Tapi sebenarnya, dengan hanya ID badge saja, petugas keamanan membolehkan masuk. Karena ID badge tersebut fungsinya seperti kartu sakti untuk area ITDC dan venue G20 lainnya di luar ITDC -kecuali di Apurva Kempinski. Kenapa Apurva Kempinski dikecualikan? Tentu saja, karena para kepala negara menginap di Apurva Kempinski, sehingga prosedur masuknya pun lebih ketat. 

Para jurnalis yang bisa masuk Apurva Kempinski adalah mereka yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Jurnalis yang memang dibawa oleh para Presiden atau Kepala Negara dari Istana Negara mereka masing-masing.

2. Jurnalis yang ditunjuk Panitia Presidensi G20, yaitu TVRI.

3. Jurnalis dari kantor berita negara penyelenggara, dalam hal ini LKBN Antara.


Kesehatan

Ketiga jenis jurnalis itu pun harus memiliki data mutakhir hasil tes PCR selama bertugas. Sedangkan jurnalis yang di Media Center BICC hanya pemutakhiran tes swab antigen. Maka bagi para jurnalis yang bertugas di BICC, setiap hari harus di tes swab antigen. 

Misalnya begini, Angrybow pada 16 November 2022 pukul 7.14 WITA telah melakukan tes swab antigen, sehingga data hasil tes tersebut telah terekam di database BICC. Saat Angrybow masuk ke dalam area BICC dengan memindai ID badge, akan tampak masa berlaku tes swab antigen tersebut (lihat gambar di bawah).




Panitia menggunakan sistem terintegrasi dari ID Badge, sehingga setiap peserta, tamu dan jurnalis yang memasuki area Media Center akan terbaca di mesin tanda pengenal, telah melakukan swab antigen dengan status negatif. 

Tempat pelayanan tes swab antigen di BICC Westin Nusa Dua, adalah area di halaman terbuka di seberang gedung Media Center BICC. Untuk sampai ke tempat tersebut ada pintu kecil dan jalan menurun ke bawah menuju lapangan tenis yang ada di Hotel Westin. Lokasi menggunakan area dua lapangan tenis hotel, yang masing-masing lapangan memiliki ukuran panjang 23,77 meter dan lebar 10,37 meter. 

Registrasi dan pemeriksaan dilakukan di dua tenda besar berwarna putih. Pada tenda pertama di bagian kiri, dipakai sebagai ruang pendaftaran swab antigen. Di ruangan ini setiap orang wajib mendaftar ke bagian registrasi dengan cara meletakan kartu pengenalnya di mesin pembaca data yang tersambung ke komputer pendaftaran. 

Kemudian oleh petugas data akan disalin di lembar kertas yang dibagikan untuk diteruskan ke petugas medis yang telah bersiap dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, melakukan pemeriksaan swab antigen di tenda kedua. Selanjutnya kembali ke tenda pertama, untuk menunggu hasilnya. 





Petugas pada bagian pendaftaran Swab Antigen, Yoga Bharamana, mengatakan penerapan protokol kesehatan (Prokes) menjadi sebuah keharusan karena meskipun penyebarannya telah berkurang, namun virus COVID-19 yang masih mengancam. “Setiap hari petugas bagian pendaftaran ada sepuluh orang, dan bagian pemberi hasil swab antigen yang bertugas ada lima orang. Hasil swab antigen berlaku 1 hari x 24 jam,” kata Yoga. 

Saat Angrybow melakukan pemutakhiran swab antigen pukul 7.13 WITA pada 16 November 2022 (karena tes swab antigen sebelumnya dilakukan 15 November 2022 pukul 7.00 WITA), ada salah satu jurnalis yang ternyata positif terinfeksi COVID-19 dari hasil tes swab antigen. Alhasil jurnalis tersebut tidak boleh masuk ke Media Center BICC sekaligus harus tinggal di Bali dalam sepuluh hari ke depan. Wah kasihan juga ya, semoga biaya tinggal selama isolasi mandiri di Bali si jurnalis itu ditanggung kantornya..