Apakah sebuah malapetaka ketika kita turun gaji? Tergantung. Tapi Angrybow tidak melihat itu sebagai malapetaka, kenapa? Sebagai pekerja, tentunya kita harus paham bahwa perjalanan karier sudah pasti tidak selamanya mulus. Banyak orang yang sudah bekerja hingga 10-20 tahun bahkan lebih, akan mengalami ini:


1. Rolling desk tugas (untuk karyawan tetap)

Inilah yang disebut strategi menghindari terjerat zona nyaman di dunia kerja. Meski di beberapa perusahaan ada tenaga kerja yang dipekerjakan sebagai ahli di bidangnya, seperti IT, legal, akunting, dan bidang spesifik lainnya, namun bukan berarti mereka tidak dikembangkan oleh perusahaan. Rolling tugas, misalnya seseorang di bagian IT Program yang sudah piawai menangani data pelaporan di desk sekretariat, dia juga harus mau ditugaskan menangani data klien di desk pemasaran. Dan lainnya, yang bertujuan mendukung kemajuan perusahaan. 


2. Selesai kontrak (untuk PKWT atau tenaga kerja kontrak)

Mereka yang berkeahlian khusus, misalnya tenaga ahli, umumnya akan dipekerjakan sebagai pegawai kontrak. Misalnya ahli di bidang contact center, maka biasanya dia akan dipekerjakan sebagai PKWT untuk agen contact center dalam waktu 2 kali kontrak kerja. Sesuai aturan ketenagakerjaan, dalam 1 kali kontrak kerja, periode kerjanya 2 tahun. Kemudian ketika sudah 2 kali kontrak kerja, dia tidak bisa dikontrak lagi oleh perusahaan itu, sehingga dia harus melamar kerja lagi di perusahaan lain.


3. Menganggur (menunggu panggilan kerja setelah kontrak selesai)

Menganggur, umumnya lantaran yang bersangkutan telah selesai kontrak dari sebuah perjanjian kerja, sehingga dalam masa antara (penantian menunggu pekerjaan baru) dia terpaksa menganggur. Tapi ada juga orang menganggur lantaran memang dia memilih menganggur dulu, setelah memutuskan resign dari sebuah perusahaan. Apapun alasannya, yang pasti orang-orang di fase ini sedang kejar-kejaran dengan waktu, karena usia terus bertambah dan persaingan kerja semakin ketat.


4. Turun gaji

Nah, untuk yang ini, ada beberapa perusahaan yang terpaksa mengambil langkah seperti ini. Mungkin karena kondisi keuangan perusahaan tersebut, situasi perekonomian, atau perusahaan yang sedang bertahan. Di fase ini, karyawan yang bersangkutan bisa mengambil langkah tertentu sekaligus menjadikannya sebagai pelajaran berharga. 


Work from everywhere, sebuah langkah yang diambil beberapa perusahaan saat ini.


Apa pelajaran berharga yang bisa dipetik dari penurunan gaji tersebut? Setidaknya ada tiga hikmah hal yang bisa diambil dari kondisi tersebut. 


1. Gaji besar tidak menjamin kepuasan kerja. Terlebih bekerja di perusahaan yang mau mengambil seluruh jiwa raga kita, bukan kompetensi atau kontribusi yang dilihat tapi keuntungan perusahaan semata. Kita dibayar mahal untuk menyerahkan hidup mati dan seluruh waktu, hanya untuk perusahaan punya orang. Ketika mati tidak jadi pahlawan negara tapi pahlawan pemilik aset, so what for?


2. Belajar untuk jangan jadi orang tamak. Tujuan hidup bukan untuk menjadi kaya. Lagipula apa ukuran 'kaya' sampai kapan menyatakan diri harus mengejarnya? Yang ada malah mengejar yang tak berujung.


3. Belajar untuk bertahan di kondisi yang sulit, untuk menemukan kondisi yang lebih baik. Ketika sedang menganggur kemudian ada penawaran pekerjaan tapi dengan gaji kecil, maka orang yang sudah terbiasa mengalami turun gaji, dia akan mengambil kesempatan tersebut sambil kemudian bersyukur atas kesempatan yang ada. Emas tetap emas, mutiara tetap mutiara.


Angrybow sendiri saat ini (merasa) di puncak karier. Walaupun bukan di posisi tertinggi yang pernah diduduki dan gaji pun bukan yang terbesar yang pernah diterima. Namun, setidaknya banyak hal yang menjadi pelajaran hingga akhirnya Angrybow mencapai posisi saat ini.


Dan ini adalah resep untuk berkarir dengan bahagia, dikutip dari berbagai sumber:


Mendakilah tangga karier (dan gaji) sampai cukup tinggi, sehingga kalaupun turun, kamu tidak berkekurangan.


Jangan pernah tukar jiwa raga dan seluruh waktumu dengan uang. Jangan kau korbankan kewarasanmu demi gaji.


Rejeki bukan hanya gaji. Atasan yang supportive, rekan kerja yang kompak, lingkungan kerja yang tidak toxic adalah berkah rejeki yang harus juga disyukuri.