Belakangan ini, kata "Anda" dan "Kamu" menjadi gandrung oleh banyak netizen Indonesia yang mengomentari sebuah posting. Tapi celakanya, mereka belum paham betul tentang karakter sebuah kata dalam suatu kalimat. Karena yang punya karakter bukan cuma subjek saja. Misalnya seseorang: manusia ini karakternya sombong, manusia itu karakternya bersahaja, si anu karakternya kalem, si itu karakternya rusuh, dan sebagainya. Sehingga setiap manusia dengan karakter seperti disebutkan tadi, ketika bergaul, masing-masing akan menciptakan makna dalam berkomunikasi.
Kata pun sama, memiliki karakter. Mari kita ambil contoh. Misalnya kata "Aku" dan "Saya" di dalam sebuah kalimat yang sama berikut ini, "Tadi aku sudah minum teh tarik" dan "Tadi saya sudah minum teh tarik". Maka karakter kata "Aku" dalam kalimat itu cenderung ke egaliter atau subjek kalimat itu merasa diri setara dengan yang dia ajak bicara. Sementara "Saya" di kalimat itu membawa pesan feodal, dimana subjek kalimat merasa diri lebih kecil (entah kualitas dan kuantitas hidupnya, usianya, dan sebagainya) ketimbang lawan bicaranya.
Sehingga kata "Aku" dan "Saya" memiliki karakter yang berbeda satu sama lain dalam membentuk makna kalimat. "Aku" cocok untuk kalimat yang ditujukan kepada teman seumuran, seangkatan, dan pokoknya semua yang setara. Sedangkan "Saya" cocok untuk kalimat yang ditujukan kepada orang lebih tua, lebih berpangkat atau berjabatan tinggi, dan semua yang lebih, yang dimiliki seseorang.
Maka, bila kata "Aku" dan "Saya" dibalik sasarannya, misal menggunakan kata "Aku" ketika berbicara dengan guru besar atau kepada nenek atau kakek, yang terjadi adalah kerancuan makna komunikasi. Pun sebaliknya, ketika berbicara dengan seorang yang seangkatan atau teman lama yang sudah seperti saudara sendiri, lalu menggunakan kata "Saya", maka yang terjadi adalah rasa kikuk. Lantas bagaimana dengan "Anda" dan "Kamu" dalam sebuah kalimat?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) "Anda" berarti sapaan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi (tidak membedakan tingkat, kedudukan, dan umur) sedangkan "Kamu" adalah yang diajak bicara; yang disapa (dalam ragam akrab atau kasar). Namun salah kaprah penggunaan kata ini ternyata cukup membuat geli bagi mereka yang terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang tertata rapi.
Ambil contoh dari beberapa provider kartu telefon, ketika sang announcer menggunakan kalimat informasi, saat seseorang menelfon dengan jumlah saldo pulsa tidak mencukupi. Ada announcer yang bilang, "Pulsamu, tidak mencukupi untuk melakukan panggilan. Kamu bisa isi ulang saldomu dengan memilih beberapa paket yang tersedia..." Kemudian ada pula yang seperti ini, "Kamu, sudah dalam masa tenggat kartu XXX-mu. Segera lakukan isi ulang saldo kartu XXX-mu agar bisa melakukan panggilan telfon..." Bayangkan, kata "Kamu" yang menurut KBBI adalah kasar, diucapkan kepada pelanggan setia produknya. Alangkah baiknya bila provider itu memakai kata Anda.
Kemudian kata "Anda" yang seharusnya meninggikan posisi seperti kata "Saya" malah dipakai untuk kalimat-kalimat yang bersifat konfrontatif seperti ini, "Kok sepertinya ini aneh ya? Apa Anda sudah baca aturan mainnya?" atau seperti ini, "Cerita yang tidak masuk akal, kejadian itu tahun '50-an. Sedangkan Anda mengaku saat itu masih kecil". Keanehannya, dari makna kalimat yang jelas sekali bahwa si penutur sedang membuat perbedaan. Entah membedakan kepintaran satu sama lain atau memposisikan diri berbeda satu sama lain. Justru kalimat seperti di atas, kata ganti yang layak adalah "Kamu".
Contoh kalimat yang sesuai untuk kata "Anda" berdasarkan KBBI mestinya seperti ini:
- Kalimat 1
"Tidak diragukan lagi, Anda pasti berhasil meraih prestasi seperti kami semua".
Kemudian kalimat yang cocok untuk kata "Kamu" berselaras KBBI adalah:
"Ini semua karena kamu belum bisa mengemban tanggung jawab".
Sekarang bayangkan bila Kalimat 1 dan Kalimat 2 ditukar kata ganti subjek yang tertujunya: Anda diganti kamu dan sebaliknya. Pasti jadi rancu bagi yang biasa bertugas menyunting kalimat.
Maka akhirnya, ketika kata-kata yang seharusnya ditempatkan pada kalimat yang sesuai tapi malah dipakai untuk kalimat yang tidak sepatutnya, ujungnya akan mengundang kekacauan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan kesalahkaprahan ini bukanlah sesuatu hal yang boleh dibiasakan. Karena pada akhirnya, ke depannya Bahasa Indonesia malah bisa rusak total oleh penuturnya sendiri.
Jangan sampai ketidaksesuaian apalagi kesalahan dibiarkan tanpa ada yang bisa mengoreksi. Karena ujungnya bisa jadi adalah kepunahan bahasa induk di negara itu sendiri. Mari gegar bahasa!