Dari bedah buku '7 Mukjizat Finansial' karya Hamry Gusman Zakaria

Beli sapi pasti dapat talinya, namun sebaliknya, beli tali tak mungkin dapat sapi. 

Melalui perumpamaan tersebut, Hamry Gusman Zakaria rupanya tengah berupaya memberi pemahaman kepada pembaca tentang konsep mendapatkan rejeki. 

Melalui bukunya berjudul "7 Mukjizat Finansial", Hamry menerjemahkan, sapi dan talinya sebagai ridho Allah Yang Maha Kuasa, Sang Penguasa Kebenaran Absolut, teladan dalam menjalani hidup. 


Sapi, sebagai kebaikan akhirat. Tali sebagai bonusnya yakni kesuksesan di dunia. Maka kejarlah kebaikan untuk akhirat, dan dunia pasti didapat. Belilah sapinya, maka talinya boleh dibawa pulang.


Namun dia mengingatkan bahwa kekayaan dunia tak hanya sebatas uang, harta, dan benda. Pasalnya, hidup di dunia harus bahagia dengan apapun yang dimiliki. Bersyukur. Itulah makna kaya sebenarnya. Lalu apa hubungan antara restu Allah atau kebaikan absolut- dengan kekayaan dunia? Berikut sekelumit penjelasannya. 




Konsep kaya harus berdiri dengan ditopang rasa bahagia. Memang tak bisa dipungkiri, untuk mendapatkan kebahagiaan perlu dukungan keuangan atau finansial yang cukup. Namun kembali pada pemaknaan yang tepat, bahwa manusia harus bersyukur atas kecukupan yang ada. Buku ini akhirnya menyarankan agar setiap orang harus tetap berada di atas garis batas kemiskinan, agar mereka tidak hidup bergantung pada orang lain. Mengenai hal itu, Hamry mengambil contoh dari sebuah survey terhadap penduduk Amerika Serikat yang berusia 65 tahun. 

Survey dilakukan oleh sebuah lembaga studi terkemuka, selama kurun waktu 30 tahun. Artinya, lembaga tersebut mendata penduduk Amerika Serikat sejak mereka berusia 35 tahun. Hasilnya, sebanyak 54 persen penduduk mengalami kebangkrutan, atau setidaknya hidup bergantung dari orang lain dan uang pensiun. Lalu 36 persen diantaranya meninggal sebelum 65 tahun, dan 5 persen masih harus bekerja menghidupi keluarganya. Hanya 5 persen saja yang tergolong hidup makmur; diantaranya 4 persen hidup berkecukupan (financial independent) dan 1 persen kaya raya dengan aset hingga miliaran bahkan triliunan.


Golongan yang hidup sejahtera secara finansial, menurut Hamry, secara umum karena berhasil menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Adapun salah satu larangan keras Allah dan perintah yang ditegaskan adalah dilarang berputus asa dan berusaha sebaik mungkin. Pasalnya, dosa terbesar selain menduakan Allah adalah berputus asa dan bermalas-malasan. Karena bila itu dilakukan, ujungnya adalah lahirnya kemiskinan. 



Kisah-kisah teladan para public figure

Foto: Istimewa

















Buku ini mencontohkan betapa besarnya perjuangan Oprah Winfrey dalam melawan keputusasaan dan membangkitkan semangat hidupnya yang mati, akibat saat remaja dia diperkosa sepupunya sendiri. Oprah berupaya sekuat tenaga membuang jauh kisah kelam hidupnya yang terus menghantui pikiran. Bersama sang ayah yang mendidiknya dengan keras namun bijak, dia terus mengejar kesuksesan hidup. 

Diawali dengan keberhasilannya lulus dari sekolah menengah, Oprah melanjutkan diri kuliah. Di kampusnya, dia terpilih menjadi duta kecantikan dan kepribadian. Dari situ Oprah sering mendapat tawaran menjadi pembawa acara di radio lokal. Hingga akhirnya namanya melambung karena cara khasnya dalam membawakan sebuah acara. Kini Oprah dinobatkan sebagai wanita terkaya di dunia, dengan kekayaan nyaris menyamai Ratu Elizabeth. Kuncinya keberhasilannya hanya satu, yakni optimis pada jalan yang benar.


Sebaliknya, contoh yang tragis yang diambil di buku itu adalah kisah hidup Mike Tyson. Mantan petinju kelas berat dunia itu sempat memiliki harta hingga jutaan dolar. Namun Tyson memiliki gaya hidup yang malas karena terlena oleh kenikmatan dunia yang semu. Kehidupannya yang glamor pada saat itu dijalaninya dengan hura-hura, bermabuk-mabukan dengan taman-temannya dari hari ke hari, hingga akhirnya dia terlilit hutang yang besar. Alhasil, Tyson dinyatakan bangkrut karena hutang yang sangat besar dan kini penghasilannya hanya mampu untuk menyewa rumah kontrakan. 


Selain Tyson dan Oprah, buku itu juga mencontohkan beberapa tokoh lainnya yang sukses dan melarat akibat cara mereka mengelola diri dan asetnya. Pada hakikatnya, Allah mengajarkan manusia agar senantiasa semangat dalam mencari nafkah, mengembangkan diri dan harta yang didapatnya, melindungi, dan memutarnya dalam bentuk investasi yang baik. Empat kunci sukses yang direstui Allah tersebut akan membawa manusia menuju kekayaan sesunggunya. 



Foto: Istimewa

Hamry pun menjelaskannya lebih kongkrit. Orang biasa, menjalani hidup hanya dengan dua, dari empat kunci sukses tersebut. Yakni sebatas mencari nafkah dan melindungi harta serta keluarganya, termasuk dirinya. Sebagian pendapatannya digunakan untuk kebutuhan hidup, termasuk membayar asuransi bagi diri, harta, dan keluarga. Sebagian lainnya dihabiskan untuk hawa nafsu dan keinginan yang tak berbatas, seperti cicilan motor, mobil, perhiasan, dan barang mewah lainnya. Sehingga finansial mereka sering tak tersisihkan untuk tabungan hidup, bahkan tak jarang yang mengalami financial minus yang pada akhirnya menyisakan hutang yang menumpuk dari waktu ke waktu. 


Sedangkan cara hidup orang sukses yang menjalani empat kunci sukses itu, ialah dengan membuat prioritas finansial. Setelah berhasil mencari nafkah, mereka memotong antara 2,5 - 10 persen untuk diamalkan seperti zakat dan sedekah. Lalu 10 persen dialokasikan untuk tabungan. dan 15 persen disisihkan untuk diinvestasikan dalam bentuk logam mulia atau deposito. Sisanya, 65 persen dialokasikan untuk kebutuhan hidup. Sehingga dalam waktu 3 hingga 5 tahun bekerja, mereka memiliki tabungan dan modal usaha. Kemudian hasil usaha tersebut kembali diputar untuk mendapat tambahan aset. Namun untuk bisa menjalani hal itu, satu hal yang harus diubah, yakni mengendalikan gaya hidup terutama kebiasaan berhutang atau belanja cicilan.


Empat kunci sukses dari Allah itu tak lain ialah cara mendapatkan sapi yang terikat di perkebunan penjualan ternak. Bonusnya, manusia akan mendapatkan tali yang terikat di leher sapi tersebut, yang diterjemahkan sebagai kekayaan dunia dengan makna sebenarnya.


Mengapa harus dengan makna sebenarnya? Hamry kembali mencontohkan seorang penyanyi kelas dunia Elvis Presley, yang bisa dikatakan sempurna hidupnya karena memiliki harta yang berlimpah, wajah tampan, dan jutaan penggemar di seluruh dunia. Namun dengan apa yang dimilikinya, Elvis ternyata masih merasa kurang dan kurang. Padahal bila dia bisa bersyukur dan sering melihat kebawah, bahwa banyak orang-orang yang tak berkesempatan seperti dirinya namun ikhlas menjalani hidup, sang raja pop itu mungkin akan hidup sangat nikmat di dunia. 



Foto: Rolling Stone.com










Tapi sayang Elvis meninggal di usia yang relatif muda, yakni di rentang 40 tahunan, dimana seharusnya orang-orang tengah bersemangat meniti karirnya. Sang Elvis tewas karena over dosis obat-obatan penenang, yang ia konsumsi dengan tujuan mendapat ketenangan hidup. 

Hamry dalam buku 7 Mukjizat Finansial ini mencoba mengingatkan pembacanya, bahwa setiap manusia hendaknya berjuang melawan kemiskinan, dan bisa mengelola apa yang dimiliki dari usahanya. Tak lupa, apapun yang nantinya diraih harus disyukuri, guna mendapat kekayaaan yang sebenarnya.