Dalam memberikan pelatihan menulis storytelling, yang selalu saya dengungkan di awal adalah, "Biasakan mendengar. Mendengar dengan terbiasa. Dan sekali lagi, harus punya waktu mendengar." Kenapa begitu? 


1. Hati-hati.

Karena dengan terbiasa mendengarkan, maka yang paling utama adalah, seseorang akan terbentuk menjadi pribadi yang hati-hati dalam melontarkan pendapat. Dalam hal ini, dia pasti akan menganalisis omongannya dan berhati-hati berbicara. Karena dia sebelumnya telah banyak mengantongi data-data dan informasi dari apa yang dia dengar. Maka, dipastikan pula orang seperti itu akan waspada dalam membuat tulisan.


2. Faktual.

Kemudian ketika seseorang terbiasa mendengarkan, maka dia akan membiasakan diri untuk menyimak informasi serta data-data, yang terucap dari dalam ungkapan yang dia dengarkan itu. Sehingga ketika suatu waktu dia harus bersuara, maka yang keluar dari ucapannya adalah fakta dan data yang kuat. Sebaliknya, orang yang tidak suka mendengarkan apalagi malah cenderung ingin didengarkan, maka biasanya mereka akan banyak berucap atau menulis yang tidak to the point. Di sinilah akan lahir para penulis piawai, yang terbiasa menulis secara mendalam, logis, dan tentunya informatif.


3. Solutif.

Lalu mereka yang biasa mendengarkan, akan ada saja ide kreatif dan solutif, karena mereka pun terbiasa mencari hikmah di balik peristiwa. Sebaliknya, orang yang cenderung tidak suka mendengarkan, akan berucap atau menulis sesuatu yang berpotensi tidak diindahkan pendengarnya atau pembacanya. Apa sebab? Karena mereka jarang mendapatkan hal-hal baru dan akhirnya berbicara tentang hal yang usang atau yang sudah-sudah. Padahal arus informasi kian hari kian deras dan banyak yang butuh di analisis, sehingga muncul jawaban dari masalah dan tantangan yang ada.


4. Pembaca

Dan terakhir, pendengar yang baik, umumnya dan kebanyakan, adalah pembaca yang baik juga. Mereka sudah terbiasa menyediakan waktu untuk sebuah informasi. Maka tak ayal mereka juga akan haus informasi dan siap mencari tahu lebih jauh lagi lewat bacaan. Ingat selalu bahwa untuk bisa menulis yang baik, butuh banyak membaca dan mendengarkan.


Ilustrasi : https://mymoodpath.com


Nah, setidaknya empat hal tersebut yang menjadi kewajiban bagi mereka yang ingin belajar tentang storytelling. Jangan lupa, Howard Garner dalam bukunya "Extraordinary Minds" menyebutkan bahwa India pernah mencapai perdamaian berkat sotrytelling. Dan sumber storytelling tersebut, tak lain adalah Mahatma Gandhi.